Hadiah Natal

Sinterklas berasal dari kiasan santo Kristen Eropa. Dia memiliki sembilan rusa dengan nama berbeda, dan kekhawatiran terbesarnya adalah lebih sedikit rumah yang memiliki cerobong asap untuk dipanjat. Biasanya orang tua menjelaskan kepada anaknya bahwa hadiah yang mereka terima saat Natal adalah dari Sinterklas. Sinterklas berasal dari ide sosok misterius yang membawakan hadiah untuk anak kecil. Nicholas adalah seorang uskup pengasih yang tinggal di Asia Kecil pada abad ke-4 dan suka memberi sedekah. Belanda akan meniru dia dalam memberikan hadiah pada Hari St. Nicholas (6 Desember).

Ketika dunia berubah, penulis dan seniman mulai menggambarkan Sinterklas sebagai sosok berjas merah dan berjanggut putih yang kita kenal sekarang. Pada saat yang sama, negara dan budaya yang berbeda memiliki interpretasi yang berbeda tentang Sinterklas. Di banyak negara, pada Malam Natal, anak-anak menyiapkan wadah kosong agar Sinterklas dapat mengisinya dengan hadiah kecil, seperti mainan, permen, atau buah. Di Amerika Serikat, anak-anak menggantung kaus kaki Natal di atas perapian pada Malam Natal karena Sinterklas berkata dia akan turun dari cerobong asap pada Malam Natal untuk meletakkan hadiah di kaus kaki itu. Mereka meletakkan kue jahe di atas meja dekat perapian, dan Sinterklas dikatakan memakannya serta mengirimkan hadiah. Di negara lain, anak-anak meletakkan sepatu kosong di luar ruangan agar Sinterklas dapat mengantarkan hadiah pada Malam Natal (atau 5 Desember, menjelang Hari St. Nicholas). Di Jerman, legenda mengatakan bahwa dia berpakaian seperti anak suci dan memasukkan kacang dan apel ke dalam sepatu anak-anak. Dia berkeliling dengan kereta kuda dan mengamati orang-orang, terutama anak-anak, yang diberi hadiah apel, kacang, dan manisan jika mereka berperilaku baik. Anak nakal mendapatkan cambuk. Orang tua telah terinspirasi untuk mengadopsi legenda untuk mendorong anak-anak mereka berperilaku.